BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG MASALAH
Kelapa Sawit merupakan komoditas yang penting karena
kebutuhan akan minyakgoreng dan derivatnya di dalam negeri terus
meningkat sejalan dengan meningkatnya standar ekonomi masyarakat. Minyak
kelapa sawit merupakan sumber devisa negara yang sangat potensial karena
tidak semua negara dapat memproduksinya. Kelapa sawit hanya dapat tumbuh dan
berproduksi dengan baik pada kawasan beriklim tropis seperti di Indonesia dan
termasuk daerah Riau merupakan sangat potensial untuk tanaman kelapa
sawit.
Dibukanya beberapa areal baru perkebunan kelapa sawit
oleh PerusahanPerkebunan Swasta Nasional (PBSN), Perkebunan Negara, dan
Perkebunan Rakyat, membawa imflikasi baru, mulai dari persediaan lahan,
perbaikaninfrastruktur , dampak lingkungan, sehingga penyediaan sumber daya
manusia.
Perkembangan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang
pesat pada tahun 1969. Pada saat itu luar areal perkebunan kelapa sawit
adalah 119.500 ha dengan totak produksi minyak mentah (CPO dan KPO )
189.000 ton per tahun. Diperkirakan produksi minyak sawit Indonesia akan
mencapai 9,9 juta ton padatahun 2005. Tetapi disayangkan pertambahan
luas areal tidak dibarengi dengan peningkatan produktifitas yang optimal dan
masih jauh dibawah standar,inilah masalah yang saat ini dihadapi.
MASALAH PENELITIAN
a. Bagaimana
sejarah dari kelapa sawit?
b. Bagaimana syarat
hidup kelapa sawit?
c. Bagaimana hasil
dari tanaman kelapa sawit ?
d. Bagaimana
Cara pengendalian gulmanya?
e. Bagaimana Hama
dan Penyakit dari kelapa sawit?
f. Bagaimana
cara pemupukan Kelapa sawit?
g. Bagaimana
proses singkat mengolah kelapa sawit menjadi minyak?
TUJUAN
Penelitian
ini bertujuan untuk menjelaskan hal-hal berikut.
(1). Untuk
mengetahui dan memahami Proses peoduksi kelapa sawit
(2). Untuk
mengetahi sejauh mana peformance manajemen kelapa sawit dalam setiap tingkatan
manajemen.
(3). untuk
menjelaskan bagaimana teknik atau cara – cara Budidaya tanaman Kelapa sawit
yang baik dan benar.
BAB II
Landasan teori
Kelapa sawit
Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri penting
penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Perkebunannya
menghasilkan keuntungan besar sehingga banyak hutan dan perkebunan lama
dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Indonesia adalah penghasil minyak
kelapa sawit terbesar di dunia. Di Indonesia penyebarannya di
daerah Aceh, pantai timur Sumatra,
Jawa, dan Sulawesi.
Pemerian botani
Kelapa sawit berbentuk pohon. Tingginya dapat
mencapai 24 meter. Akar serabut tanaman
kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain itu juga terdapat beberapa
akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk mendapatkan tambahan
aerasi.
Seperti jenis palma lainnya, daunnya tersusun majemuk
menyirip. Daun berwarna hijau tua
dan pelepah berwarna sedikit lebih muda. Penampilannya agak mirip dengan
tanaman salak, hanya saja dengan
duri yang tidak terlalu keras dan tajam. Batang tanaman diselimuti bekas
pelepah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelapah yang mengering akan
terlepas sehingga penampilan menjadi mirip dengan kelapa.
Bunga
jantan dan betina terpisah namun berada pada satu pohon (monoecious diclin) dan
memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan
sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang sementara bunga betina
terlihat lebih besar dan mekar.
Tanaman sawit dengan tipe cangkang pisifera bersifat
female steril sehingga sangat jarang menghasilkan tandan buah dan dalam
produksi benih unggul digunakan sebagai tetua jantan.
Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu,
hingga merah tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan
yang muncul dari tiap pelapah. Minyak dihasilkan oleh buah. Kandungan minyak
bertambah sesuai kematangan buah. Setelah melewati fase matang, kandungan asam
lemak bebas (FFA, free fatty acid) akan meningkat dan buah akan rontok dengan
sendirinya.
Buah terdiri dari tiga lapisan:
Eksoskarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan dan
licin.
Mesoskarp, serabut buah
Endoskarp, cangkang pelindung inti
Inti sawit (kernel, yang sebetul]]nya adalah biji) merupakan endosperma dan embrio dengan kandungan
minyak inti berkualitas tinggi.
Kelapa sawit berkembang biak dengan cara generatif. Buah
sawit matang pada kondisi tertentu embrionya akan berkecambah menghasilkan
tunas (plumula) dan bakal akar (radikula).
.
Tipe kelapa sawit
Kelapa sawit yang dibudidayakan terdiri dari dua jenis:
E. guineensis dan E. oleifera. Jenis pertama yang terluas dibudidayakan orang.
dari kedua species kelapa sawit ini memiliki keunggulan masing-masing. E.
guineensis memiliki produksi yang sangat tinggi dan E. oleifera memiliki tinggi
tanaman yang rendah. banyak orang sedang menyilangkan kedua species ini untuk
mendapatkan species yang tinggi produksi dan gampang dipanen. E. oleifera
sekarang mulai dibudidayakan pula untuk menambah keanekaragaman sumber daya
genetik.
Penangkar seringkali melihat tipe kelapa sawit
berdasarkan ketebalan cangkang, yang terdiri
dari
Dura,
Pisifera, dan
Tenera.
Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga
dianggap memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya tandan buahnya
besar-besar dan kandungan minyak per tandannya berkisar 18%. Pisifera buahnya
tidak memiliki cangkang, sehingga tidak memiliki inti (kernel) yang
menghasilkan minyak ekonomis dan bunga betinanya steril sehingga sangat jarang
menghasilkan buah. Tenera adalah persilangan antara induk Dura dan jantan
Pisifera. Jenis ini dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan masing-masing
induk dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya tetap fertil.
Beberapa tenera unggul memiliki persentase daging per buahnya mencapai 90% dan
kandungan minyak per tandannya dapat mencapai 28%.
Untuk pembibitan massal, sekarang digunakan teknik kultur jaringan.
BAB III
Pembahasan masalah
SEJARAH PERKEBUNAN
KELAPA SAWIT
Kelapa sawit didatangkan ke Indonesia oleh pemerintah Hindia
Belanda pada tahun 1848. Beberapa bijinya ditanam di Kebun Raya Bogor,
sementara sisa benihnya ditanam di tepi-tepi jalan sebagai tanaman hias di Deli, Sumatera Utara pada tahun
1870-an. Pada saat yang bersamaan meningkatlah permintaan minyak nabati akibat Revolusi Industri
pertengahan abad ke-19.
Dari sini kemudian muncul ide membuat perkebunan kelapa sawit berdasarkan
tumbuhan seleksi dari Bogor dan Deli, maka dikenallah jenis sawit "Deli
Dura".
Pada tahun 1911, kelapa sawit mulai diusahakan dan
dibudidayakan secara komersial dengan perintisnya di Hindia Belanda adalah Adrien
Hallet, seorang Belgia,
yang lalu diikuti oleh K. Schadt. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di
Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh.
Luas areal perkebunan mencapai 5.123 ha.
Pusat pemuliaan dan penangkaran kemudian didirikan di Marihat (terkenal sebagai AVROS), Sumatera Utara dan di Rantau Panjang, Kuala Selangor, Malaya pada
1911-1912. Di Malaya, perkebunan pertama dibuka pada tahun 1917 di Ladang
Tenmaran, Kuala Selangor
menggunakan benih dura Deli dari Rantau Panjang. Di Afrika Barat sendiri
penanaman kelapa sawit besar-besaran baru dimulai tahun 1911.
Hingga menjelang pendudukan Jepang, Hindia Belanda
merupakan pemasok utama minyak sawit dunia. Semenjak pendudukan Jepang,
produksi merosot hingga tinggal seperlima dari angka tahun 1940.[2]
Usaha peningkatan pada masa Republik dilakukan dengan
program Bumil (buruh-militer) yang tidak berhasil meningkatkan hasil, dan
pemasok utama kemudian diambil alih Malaya (lalu Malaysia).
Baru semenjak era Orde Baru
perluasan areal penanaman digalakkan, dipadukan dengan sistem PIR Perkebunan.
Perluasan areal perkebunan kelapa sawit terus berlanjut akibat meningkatnya
harga minyak bumi sehingga peran minyak nabati meningkat sebagai energi
alternatif.
Beberapa pohon kelapa sawit yang ditanam di Kebun Botani
Bogor hingga sekarang masih hidup, dengan ketinggian sekitar 12m, dan merupakan
kelapa sawit tertua di Asia Tenggara
yang berasal dari Afrika.
African Oil
Palm (Elaeis guineensis)
Kelapa sawit
berbentuk pohon.
Tingginya dapat mencapai 24 meter. Akar serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke
bawah dan samping. Selain itu juga terdapat beberapa akar napas yang tumbuh
mengarah ke samping atas untuk mendapatkan tambahan aerasi.
Seperti jenis
palma lainnya, daunnya tersusun majemuk menyirip. Daun berwarna hijau tua dan pelepah
berwarna sedikit lebih muda. Penampilannya agak mirip dengan tanaman salak, hanya saja dengan duri yang tidak
terlalu keras dan tajam. Batang tanaman diselimuti bekas pelepah hingga umur 12
tahun. Setelah umur 12 tahun pelapah yang mengering akan terlepas sehingga
penampilan menjadi mirip dengan kelapa.
Bunga jantan
dan betina terpisah namun berada pada satu pohon (monoecious diclin) dan
memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan
sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang sementara bunga betina
terlihat lebih besar dan mekar.
Tanaman sawit
dengan tipe cangkang pisifera bersifat female steril sehingga sangat
jarang menghasilkan tandan buah dan dalam produksi benih unggul digunakan
sebagai tetua jantan.
Buah sawit
mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit yang
digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap pelapah. Minyak
dihasilkan oleh buah. Kandungan minyak bertambah sesuai kematangan buah.
Setelah melewati fase matang, kandungan asam lemak bebas (FFA, free fatty
acid) akan meningkat dan buah akan rontok dengan sendirinya.Buah terdiri dari
tiga lapisan:
1.Eksoskarp,
bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin.
2.Mesoskarp,
serabut buahEndoskarp, cangkang pelindung inti
3.Inti sawit
(kernel, yang sebetul]]nya adalah biji) merupakan endosperma dan embrio dengan kandungan minyak inti
berkualitas tinggi.
Kelapa sawit
berkembang biak dengan cara generatif. Buah sawit matang pada kondisi tertentu
embrionya akan berkecambah menghasilkan tunas (plumula) dan bakal akar
(radikula).
SYARAT HIDUP
Habitat
aslinya adalah daerah semak belukar. Sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah
tropis (15° LU - 15° LS). Tanaman ini tumbuh sempurna di ketinggian 0-500 m
dari permukaan laut dengan kelembaban 80-90%. Sawit membutuhkan iklim
dengan curah hujan stabil, 2000-2500 mm setahun, yaitu daerah yang
tidak tergenang air saat hujan dan tidak kekeringan saat kemarau. Pola curah
hujan tahunan memengaruhi perilaku pembungaan dan produksi buah sawit.
HASIL TANANMAN
Minyak sawit
digunakan sebagai bahan baku minyak makan, margarin, sabun, kosmetika, industri baja, kawat, radio, kulit dan industri farmasi. Minyak
sawit dapat digunakan untuk begitu beragam peruntukannya karena keunggulan
sifat yang dimilikinya yaitu tahan oksidasi dengan tekanan tinggi, mampu melarutkan
bahan kimia yang tidak larut oleh bahan pelarut lainnya, mempunyai daya melapis
yang tinggi dan tidak menimbulkan iritasi pada tubuh dalam bidang kosmetik.[1]
Bagian yang paling
populer untuk diolah dari kelapa sawit adalah buah. Bagian daging buah
menghasilkan minyak kelapa sawit
mentah yang
diolah menjadi bahan baku minyak goreng dan
berbagai jenis turunannya. Kelebihan minyak nabati dari sawit adalah harga yang
murah, rendah kolesterol, dan memiliki kandungan karoten tinggi.
Minyak sawit juga diolah menjadi bahan baku margarin.
Minyak inti
menjadi bahan baku minyak alkohol dan
industri kosmetika. Bunga dan buahnya berupa tandan,
bercabang banyak. Buahnya kecil, bila masak berwarna merah kehitaman. Daging
buahnya padat. Daging dan kulit buahnya mengandung minyak. Minyaknya itu
digunakan sebagai bahan minyak goreng, sabun, dan lilin. Ampasnya dimanfaatkan untuk makanan
ternak. Ampas yang disebutbungkil inti sawit itu digunakan sebagai salah satu
bahan pembuatan makanan ayam. Tempurungnya digunakan sebagai bahan bakar
dan arang.
Buah diproses
dengan membuat lunak bagian daging buah dengan temperatur 90 °C. Daging
yang telah melunak dipaksa untuk berpisah dengan bagian inti dan cangkang dengan
pressing pada mesin silinder berlubang. Daging inti dan cangkang dipisahkan
dengan pemanasan dan teknik pressing. Setelah itu dialirkan ke dalam lumpur
sehingga sisa cangkang akan turun ke bagian bawah lumpur.
Sisa
pengolahan buah sawit sangat potensial menjadi bahan campuran makanan ternak dan difermentasikan
menjadi kompos.
PENGENDALIAN GULMA
Pengendalian
gulma bertujuan menghindarkan tanaman kelapa sawit dari persaingan dengan gulma
dalam hal pemanfaatan unsur hara, air dancahaya.pengendalian gulma juga
bertujuan untuk mempermudah kegiatan panen. Contoh gulma yang dominan di areal
penanaman kelapa sawit adalah imperata
cylindica, micania micrantha, cyperus rotundus, otocloa nodosa, melostoma
malabaratricum, latana camara, gleichenia linearis, dan sebagainya.
Pengendalian
gulma terdiri dari penyiangan di piringan (circle
weeding)penyiangan gulma yang tumbuh di tanaman LCC, membabat atau
memebongkar gulma berkayu dan kegiatan baru lalang (weeping)
HAMA DAN PENYAKIT
a. Hama
Hama
yang biasa menyerang tanaman kelapa sawit biasanya terbagi menjadi hama perusak
akar, hama perusak daun, hama perusak tandan buah.
a.1. Hama Perusak
Akar.
Hama yang sering merusak akar kelapa sawit adalah nematoda Rhadinaphelenchus cocophilus. Gangguan
nematoda ini dijuluki red ring disease.
Hama ini menyerang akar tanaman kelapa sawit. Gejala – gejala umum dari kelapa
sawit yang terserang adalah pusat mahkota mengerdil dan daun – daun baru yang
akan membuka menjadi tergulung dan tumbuh tegak. Daun berubah warna menjadi
kuning kemudian mengering. Tandan bunga membusuk dan tidak membuka sehingga
tidak menghasilkan buah.
a.2. Hama Perusak Daun
Ada
beberapa jenis hama yang merusak daun tanaman kelapa sawit, di antaranya adalah
sebagai berikut :
a.1 Kumbang Tanduk
(Oryctes rhynoceros)
Kumbang tanduk banyak
menimbulkan kerusakan pada tanaman muda yang baru ditanam hingga berumur 2-3
tahun. Kumbang dewasa (imago) masuk
kedaerah titik tumbuh ( pupus ) dengan membuat lubang pada pangkal pelepah daun
muda yang masih lunak.
Pengendalian hama kumbang tanduk lebih diutamakan pada upaya
pencegahan (preventif), yaitu menghambat perkembangan larva dengan mengurangi
kemungkinan kumbang bertelur pada medium yang tersedia, yakni dengan cara
sebagai berikut :
membakar sampah – sampah dan
bagian pohon yang mati, agar larva hama terbakar dan mati
mempercepat tertutupnya tanah
dengan tanaman penutup tanah dengan tanaman penutup tanah agar dapat menutup
bagian – bagian batang hasil tebangan pada saat pembukan lahan yang membusuk di
lokasi kebun
Pemberian bahan pengusir,
misalnya kapur barus yang diletakkan pada batang kelapa sawit yang mulai
membusuk (pada pembukaan ulangan)
b. 2Ulat Setora
(Setora nitens)
Ulat
setora muda memakan anak – anak daun dari tanaman muda dan tanaman sudah
menghasilkan yang berumur antara 2-8 tahun. Hama ini kadang – kadang memakan
daun kelapa sawit hingga ke lidinya.
Pengendalian Hama ulat setora
dapat dilakukan secara hayati dan secara kimia. Pengendalian secara hayati
dapat dilakukan dengan memanfaatkan musuh alami seperti parasit telur yaitu
lebah Trichogrammatidae I dan lebah
Ichneumonidae, serta perusak kokoh yaitu lalat Tachinidae
c.3 Ulat Siput (Darna
trima Mooore)
Ulat Darna trima menyerang daun kelapa sawit, terutama pada tanaman
muda, meskipun sering pula menyerang daun pada tanaman dewasa. Serangan yang
hebat dapat menimbulkan kerusakan berat dan dapat dijumpai jumlah ulat yang
tinggi pada setiap pelepah kelapa sawit.
Pengendalian
ulat Darma trima dapat dilaksanakan
secara kimia dan hayati. Pengendalian secara kimia dilakukan dengan menyemprot
tanaman yang terserang dengan insektisida. Pengendalian secara hayati dapat
menggunakan musuh alami seperti parasit ulat yaitu lebah Broconidae, meskipun hasilnya tidak seefektif cara kimia.
d.4 Serangga Asinga
(Sethothosea Asigna)
Ulat dari hama ini menyerang
daun kelapa sawit terutama daun yang menyerang dalam keadaan aktif, yaitu daun
nomor 9 – 25. Hama ini merupakan salah satu hama utama yang menyerang tanaman
kelapa sawit di sentra perkebunan kelapa sawit Sumatera Utara. Pengendalian
hama ini dapat dilakukan secara kimia dan secara hayati. Pengendalian secara
kimia dapat menggunakan insektisida, pengendalian secara hayati dapat dilakukan
dengan memanfaatkan musuh alami.
b. Penyakit
a1. Penyakit Tajuk
(Crown disease)
Biasanya menyerang tanaman
kelapa sawit yang berumur 2-3 tahun. Bagian yang diserang adalah pucuk yang
belum membuka. Penyakit ini tidak bisa diberantas, tetapi hanya bisa dilakukan
pembuangan bagian yang terserang untuk memperbaiki bentuk tajuk dan mencegah
infeksi dari jamur Fusarium sp.
B2. Basal Steam Rot
Penyebabnya
adalah Ganoderma sp. Gejala pada
tingkat serangan pertama secara visual sukar diamati. Pada tingkat yang lebih
lanjut, cabang daun bagian atas terkulai, selanjutnya pohon akan mati. Pemberantasan
yang efektif sampai sekarang belum ada.
c.3 Marasmius
Penyakit
marasmius dapat menggagalkan atau merusak pembentukan buah. Pemberantasan
dilakukan dengan membersihkan pohon.
PEMUPUKAN
Pemupukan
tanaman bertujuan untuk menyediakan unsur – unsur hara yang dibutuhkan tanaman
untuk pertumbuhan generatif, sehingga diperoleh hasil yang optimal. Untuk
menentukan dosis pupuk yang tepat, sebaiknya dilaksanakan analisis tanah dan
daun terlebih dahulu. Dengan analisis tanah dan daun, maka ketersediaan unsur –
unsur hara di dalam tanah pada saat itu dapat diketahui dan keadaan hara
terakhir yang ada pada tanaman dapat diketahui juga. Berdasarkan hasil analisis
dapat ditentukan kebutuhan tanaman terhadap jenis – jenis unsur hara secara
lebih tepat, sehingga dapat ditetapkan dosis pemupukan yang harus
diaplikasikan.
Tabel 25. Dosis Pemupukan Kelapa Sawit Berdasarkan Unsur
Tanaman.
Jenis Pupuk
|
Dosis (Kg/Pokok/Tahun) *)
|
||
Umur Tanaman
|
5 – 5
|
6 – 12
|
>12
|
Sulphate of Amonia (ZA)
|
1,0 – 2,0
|
2,0 – 3,0
|
1,5 – 3,0
|
Rock Phosphate (RP)
|
0,5 – 1,0
|
1,0 – 2,0
|
0,5 – 1,0
|
Muriate of Potash (KCl)
|
0,4 – 1,0
|
1,5 – 3,0
|
1,5 – 2,0
|
Kieserite (MgSO4)
|
0,5 – 1,0
|
1,0 – 2,0
|
0,5 – 1,5
|
*) Keterangan :
Pupuk N, K, dan Mg diberikan dua kali aplikasi, pupuk P
diberikan satu kali aplikasi, dan pupuk B (bila diperlukan) diberikan dua kali
aplikasi per tahun (salah satu contoh dosis B
adalah 0,05 – 0,1 Kg per pohon per tahun)
Cara pemberian pupuk diperhatikan secara seksama agar
pemupukan dapat terlaksana secara efisien. Untuk mencapai maksud tersebut,
pemberian pupuk pada Tanaman Menghasilkan (TM) harus dilaksanakan dengan cara
sebagai berikut :
Pupuk N ditaburkan secara merata pada piringan mulai jarak
50 cm sampia dipinggir luar piringan.
Pupuk P, K, dan Mg ditabur secara merata dari jari – jari
1,0 m hingga jarak 3,0 m dari pangkal pokok (0,75 – 1,0 m di luar piringan)
Pupuk B ditaburkan secara merata pada jarak 30 – 50 cm dari
tanaman pokok
tahapan untuk mengolah kelapa
sawit menjadi minyak:
penyortiran
Kualitas buah yang diterima pabrik harus diperiksa tingkat
kematangannya. Jenis buah yang masuk ke PKS pada umumnya
jenis Tenera dan
jenis Dura. Kriteria matang panen merupakan faktor penting
dalam pemeriksaan
kualitas buah distasiun penerimaan TBS (Tandan Buah Segar).
Pematangan buah
mempengaruhi terhadap rendamen minyak dan ALB
(Asam Lemak Buah) yang dapat dilihat pada tabel berikut
:
Kematangan buah
Rendamen minyak (%) Kadar ALB (%)
Buah mentah 14 –
18 1,6 – 2,8
Setengah matang
19 – 25 1,7 – 3,3
Buah matang 24 –
30 1,8 – 4,4
Buah lewat matang 28
– 31 3,8 – 6,1
Setelah disortir TBS
tersebut dimasukkan ketempat penimbunan sementara
( Loding ramp ) dan selanjutnya diteruskan ke stasiun
perebusan ( Sterilizer ).
Lori yang telah diisi TBS dimasukan kedalam sterilizer
dengan menggunakan
capstand.
perebusan
Tujuan perebusan :
1. Mengurangi peningkatan asam lemak bebas.
2. Mempermudah proses pembrodolan pada threser.
3. Menurunkan kadar air.
4. Melunakan daging buah, sehingga daging buah mudah lepas
dari biji.
Bila poin dua
tercapai secara efektif maka semua poin yang lain akan tercapai
juga. Sterilizer memiliki bentuk panjang 26 m dan diameter
pintu 2,1 m. Dalam
sterilizer dilapisi Wearing Plat setebal 10 mm yang
berfungsi untuk menahan
steam, dibawah sterilizer terdapat lubang yang gunanya untuk pembuangan air
condesat agar pemanasan didalam sterilizer tetap seimbang.
4. KESIMPULAN
DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Kelapa sawit merupakan komoditi strategis nasional karena
memiliki rantai pemanfaatan yang panjang sehingga banyak sekali manfaat yang
dapat diambil antara lain menggantikan peran minyak bumi yang merupakan sumberdaya
alam yang tidak dapat diperbaharui (non-renewable resources) sebagai
bahan bakar dan menghasilkan berbagai produk turunan yang dapat dimanfaatkan
yang mengakibatkan meningkatnya industri pengolahan produk turunan dari kelapa
sawit. Banyaknya industri tersebut akan mengakibatkan banyak penyerapan tenaga
kerja dan menghasilkan peningkatan devisa bagi negara sehingga perekonomian di
Indonesia meningkat
2. Solusi dari masalah lingkungan yang diakibatkan perubahan
penggunaan lahan oleh perkebunan kelapa sawit yaitu dengan penerapan
agroforestri. Pada perkebunan kelapa sawit di lahan gambut menggunakan tanaman
kehutanan jenis Jelutung
3. Dampak ekologi yang diperoleh dari penerapan agroforestri
Sawit-Jelutung yaitu perbaikan fungsi lahan dalam konservasi tanah dan air.
Dampak secara ekonomi yaitu tambahan pendapatan perkebunan selain dari hasil
kelapa sawit, seperti hasil penyadapan getah jelutung dan kayu jelutung pada
umur 10 tahun. Dampak sosial yang diperoleh yaitu dapat meningkatkan penyerapan
kerja sehingga juga memperbaiki perekonomian masyarakat sekitar dan terjalin
hubungan yang harmonis antara perusahaan dengan masyarakat sekitar.
B. SARAN
Dalam penelitian ini dapat penulis sarankan sebagai berikut
:
1. Kepada masyarakat disarankan untuk memilih bibit
yang baik dan unggul sebelum menanam. Karena bibit adalah hal yang paling
menentukan tingginya hasil produksi nantinya. Sedangkan lingkungan dan
pemeliharaan hanya faktor pendukung.
2. Kepada seluruh masyarakat sebaiknya menggunakan
minyak sawit karena mengandung kolesterol yang rendah dibandingkan dengan
minyak nabati lainnya.
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. First
resource: IPB Press.
Barlowe R. 1978. Land Resources Economic, The Economics o
Real Estate. 3rd.
Candra A. 2003. Identifikasi dan pemetaan lahan krisis di Rayon
A Sir Lukut.
Ekonomi Daerah Volume I: Nasional. Informasi Tahap I
Aplikasi Model.
Fakultas Pertanian
Institut Pertanian STIPER Yogyakarta 2005.
Field Manager Development Program modul 2 kultur teknis
kelapa sawit pengendalian hama dan
penyakit terpadu.
Pocket guide
Kebijakan Teknis Agronomi Kelapa Sawit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar